i just wanna do the simple thing

Selasa, 1 agustus 1995, jam 16.15 wib
Hai kamu,
Bunga yang kamu berikan kemarin, masih ada di meja. Harumnya masih terasa. 
Suratmu yang kedelapan, aku baca lagi. 
(Ps. Be careful, jangan sampai terbaca orang lain. Malu)

Mengenai tadi siang, bahkan hingga pukul 14.30 tadi, bukannya aku tidak mau. Aku tidak munafik. Tapi, apa salahnya?

Kita kan tidak mungkin mendapat semua yang kita mau bukan? Kadang, harus kecewa karena tidak mendapatkannya.

Tapi aku senang tadi. Kita duduk di lapangan parkir aula barat. Senang bahkan untuk hal yang sederhana seperti itu. Duduk, ngobrol, tertawa, bertengkar lalu tertawa lagi.

Sepertinya akhir-akhir ini kita jarang seperti itu lagi. Aku rindu saat-saat seperti itu.

Kamu,
Aku baca suratmu. Dan aku mengerti. Kamu tak perlu risau lagi. Kenapa setiap kamu singgung mengenai perpisahan, aku setuju saja. 

Kenyataannya tidak begitu.

(Btw, barusan adikku masuk ke kamar. Untung kertas ini tidak dilihatnya tapi sepertinya ia curiga melihat amplop surat dari kamu masih ada di meja. Haha, ketahuan deh! Dia tanya kapan jadiannya?
Ya nanti dikabari. Makan makan ya!
Dia tak tahu kalau kita sudah dua tahun jalan bareng.)

Rabu 2 Agustus 1995 , 10.30 pagi

Hai, aku masih melanjutkan suratku yang  kemarin. Kebetulan sekali kamu telpon. Rencananya surat ini akan aku berikan buat menemani perjalanan nanti di bis ketika kamu pulang.

Nah, sekarang tentang hal yang serius.
Masih ingat, aku dulu pernah bilang kalau aku ingin..
Ingin apa ya?
Ah, sudahlah. Nanti saja aku.
 katakan langsung ketika kita bertemu. 

0 comments:

 

hujan, jalak dan daun jambu Design by Insight © 2009