woody wodpecker


Sabtu, 12 April 1997, studio jam 08.25 pagi
Satu : Tentang woody woodpecker

Masih inget woody woodpecker? Tokoh film kartun, burung yang suka mematuk pohon. 
Pagi ini ketika aku duduk di studio,  kapling TA dan melihat keluar ke halaman samping studio melalui jendela.

Halamannya penuh degan pohon cemara, tanah yang diselimuti rumput dan sekumpulan pohon besar yang membatasi jalan taman sari dan kebun binatang di baliknya. 

Nah, ketika aku sedang menangkap suasana yang indah itu, tiba-tiba ada seekor woodpecker yang sedang melompat-lompat diatas rumput. Sambil berjemur sinar matahari pagi.

Ah, senangnya 😍

Kadang, dipatuknya ujung rumput yang masih berembun. Dan paruhnya yang panjang berkilau terkena sinar matahari.

Iiiih!

Dua : tentang foto

Kamu ingat foto kita kemarin? 

Dalam dua kesempatan berbeda, sahabatku, LS dan WD berkomentar bahwa raut wajahku terlihat cerah. 

Tambah putih?
No! Tambah cerah!

Mereka tak menjelaskan lebih lanjut.

Ah, mungkin karena sedang TA ya?
(TA=tugas akhir) aku mengambil kesimpulan sendiri.

Ah. Naif.

Mereka juga bilang, wajah kamu tampak lebih tenang.

Ah!

Ketiga : dalam doaku

Sore ini aku mau pergi ke STAC. Jadi aku mampir ke rumah WD, numpang mandi. Dan disana aku dengar lagu yang amat aku suka. Lalu aku ingat kamu. Aku jadi rindu.

Kamu pasti lelah ya. Bolak-balik Jakarta-Bandung. Mengikuti test ini dan itu. Capek juga ya?

Aku sayang kamu. Itulah sebabnya, aku selalu mendoakan kamu. Agar selamat. Agar lancar.

Keempat : when I needed u

Kamis 17, April 1997 22.15 malam
Itu!
Yang membuat aku suka kamu. Semakin sayang pada kamu. Kamu (kebetulan 🤪) ada disamping begitu aku membutuhkan kamu. Ketika aku bingung, kamu menasehatiku, kamu dengarkan semua curhatku.
Dan kamu rangkul aku ketika aku butuh ketengangan, perlindungan dan rasa aman.

Ah, aku sayang kamu !

Kelima : tangkuban perahu

Jum'at 18 April 1997
Kamu shalat ied dimana?
Hari ini aku shalat ied di lapangan sriwijaya. 
Banyak sekali. Lapangannya penuh.
Tapi udaranya sangat cerah.
Lalu kami sekeluarga pergi ke lembang, kami makan-makan disana.

Aku mau ajak kamu ke tangkuban perahu.
Berdua saja.
Mau?

19 April 1997
Baru saja dibicarakan
Akhirnya kesampaian.

(Note : ke tangkuban perahu, tiket masuk masih 1500/orang)

Senin 21 April 1997 jam 19.30 malam

Aku rindu kamu.
Kamu sedang apa sekarang?

Sabtu, 26 April 1997
Nonton apa
Nonton apa
Nonton apa sekarang
Sekarang nonton apa
Nonton apa
Sekarang

(Lanjutan lagu sedang apa)

(Note : nonton bioskop. Tiket masih 6000)

Senin 28 April 1997 jam 10.10 pagi. Di studio

Hai kamu,
Ketika kamu wisuda kemarin, kenapa ya. Aku kagum melihat kamu. Hari itu kamu ganteng sekali. (Hehe.. ya sekarang juga sih. Masih sama)

Barusan WD cerita, tadi pagi HN menelpon WD di rumah. Sambil menangis, ia bercerita kalau dia akan melepas tugas akhirnya karena tidak kuat menghadapi dosen pembimbingnya.

Ah, aku bersyukur. Tekananku sudah lewat di minggu-minggu pertama lalu. Saat ini, aku sudah bisa berpikir jernih.
Aku tidak bisa membayangkan jika aku berada pada posisi HN saat ini. Ketika sebentar lagi diuji sidang.
Akan berat untuk mengumpulkan segenap tenaga dan memotivasi diri untuk mengejar sidang kedua ini.

Oiya, makasih ya atas  bantuannya kemarin. Untuk dukungan kamu, nasihat kami.

Aku tak akan lupa kok.

Cimahi, rabu 30 April







Read more

so, this is all about phisically, right?

Bandung, 26 april 1994



Aku sudah baca suratmu kemarin. Baru pagi ini sempat aku tulis balasannya. Semula aku ingin bicara langsung denhan kamu, tapi aku batalkan. Aku pikir, karena pasti kita tak akan bisa bicara dengan kepala dingin. Kita pasti emosi.

Aku tidak tahu harus mulai darimana. Banyak yang ingin aku bicarakan, aku merasa terganggu dengan apa yang kamu ceritakan tanggal 23 lalu. 
Aku tidak mau dibandingkan dengan orang lain. Aku adalah aku. Dengan segala kelebihan dan kekuranganku.

Aku memang egois.
Aku cemburu.

Padahal akhir-akhir ini aku merasa cukup dekat dengan kamu. Untuk pertama kalinya aku bisa terbuka pada seseorang. 

Tapi sekarang? Aku merasa kita menjadi jauh. Ada jarak diantara kita.
Kamu tahu kenapa?

Aku paham, kamu pernah bilang, kita harus terus terang, walau agak menyakitkan. Aku tahu, kamu waktu iu hanya menceritakan masa lalu saja. 
Dan aku emosi. 

Dan sekarang, perasaanku baik-baik saja kok. Tadi banyak berpikir dan menimbang. Membaca suratmu itu, aku juga menjadi lebih memahami. Kamu cerita banyak tentang cita-cita, mau menjadi apa di kemudian hari dan tentang orang yang akan hidup di sekitar kamu nanti.

Aku paham. Aku juga punya cita-cita.

Begini. Maksudku, aku ingin mengajak kamu untuk memahami bahwa aku juga punya visi. Apa pandanganku. Sebagai seorang perempuan. Sudut pandang yang mungkin kamu belum tahu.

Kami atau aku juga ingin punya pasangan yang selalu sayang, selalu melindungi dan selalu ada. Yang pertama kali dilihat mungkin dari segi fisiknya. Tapi itu bukan yang utama. 
Kebanyakan kami lebih melihat kepribadian. Itu saja.

Aku sedih. Jadi selama ini yang kamu lihat hanya karena fisik saja. 

Aku tidak mau. Aku mau kamu melihat aku yang seperti ini apa adanya. just the.way I am.

Lahiriah itu tidak kekal adanya. Tidak akan abadi. Kalau kamu melihatku.hanya dari faktor itu. Sepertinya hubungan kita tidak akan bertahan lama. Aku mau kamu melihat sisi yang lain dari diri aku. Bukan hanya fisik. 

Mendadak aku paham ketika kamu berkata tidak mau melibatkan diriku dalam pertaruhan hidup semacam itu dan kita tak mungkin jadi pasangan di kemudian hari.

Kamu tahu, jodoh ada di tangan tuhan. Jangan suka menebak-nebak akan bagaimana akhir hubungan kita nanti. Aku mendapat kesan bahwa kamu tidak serius. 

Padahal seperti umumnya perempuan, aku ingin ini yang terakhir dalam pencarianku.

Begini, kami (aku dan beberapa sahabatku) pernah diskusi mengenai seperti apa pasangan kami nanti. Ternyata semua berpikiran sama. Kalau punya 'temen' kalau bisa dialah 'teman' di kemudian. 
Wanita mungkin diberi karunia tuhan sebagai makhluk drngan sejuta pengertian (dan kesabaran) karena selama 'proses' menuju kemudian itulah, walau banyak benturan, banyak ketidakcocokan, selalu dapat ditolerir dengan rasa sabar. Ini yang tidak banyak diketahui oleh laki-laki.

Dan bagi aku pribadi, aku tidak akan mungkin memberikan seluruh rasa sayangku untuk seseorang KECUALI jika nanti dia akan menjadi pasanganku. 

Ini bukan vonis. Aku tidak menuntut kamu untuk mengerti. Jadi kalau selama ini kamu bertanya-tanya. Kamu bingung mengenai perasaan aku. Itu karena faktor tadi.
Karena kalau aku sayang 100%, aku takut orang yang aku sayangi pergi. Jauh dariku dan meninggalkanku. Kalau itu terjadi rasanya pasti sakit. Sakit sekali.
Jadi maaf kalau aku bertingkah laku seperti ini.
Kalau aku sayang dengan seseorang, pasti akan aku tunjukkan. Tak akan aku sembunyikan. 
Kalau aku cuek dan tidak jelas seperti ini, jalan dengan siapa saja, ngobrol dengan siapa saja, bergaul dengan siapa saja. Mungkin itu karena aku sedang membentengi diri sendiri. Karena aku takut, kalau aku terlanjur sayang dengan seseorang aku justru akan menyakiti hati dia dan menyakiti hatiku juga. Itu saja.

Jadi maafkan aku. Aku tidak bisa berbuat apa pun. Aku memang begini keadaannya.

Sejujurnya, di awal hubungan kita, aku masih tertutup terhadap kamu. Itu sebabnya kamu tak pernah tahu perasaanku sebenarnya. Tapi kemudian, aku mulai terbuka dan sayang kepada kamu. 
Lalu berantakan hanya gara-gara peristiwa kemarin. Dan aku merasa menjauh lagi dari dirimu.

Jadi harus bagaimana? Bagaimana kita?
Sempat terpikir, apa kita  bubar saja? Aku bingung. 
Tapi kalau kita pisah, rasanya kekanak-kanakan sekali ya. Mudah sekali lari dari masalah. 
Kita harus sering bicara. Masih banyak yang belum diketahui. Kita kurang komunikasi.

Aku percaya, kamu masih sayang kepadaku. Aku tidak akan menuntut macam-macam. Yang jelas, aku senang ada orang yang memperhatikan aku.

Terimakasih.








Read more

i just wanna do the simple thing

Selasa, 1 agustus 1995, jam 16.15 wib
Hai kamu,
Bunga yang kamu berikan kemarin, masih ada di meja. Harumnya masih terasa. 
Suratmu yang kedelapan, aku baca lagi. 
(Ps. Be careful, jangan sampai terbaca orang lain. Malu)

Mengenai tadi siang, bahkan hingga pukul 14.30 tadi, bukannya aku tidak mau. Aku tidak munafik. Tapi, apa salahnya?

Kita kan tidak mungkin mendapat semua yang kita mau bukan? Kadang, harus kecewa karena tidak mendapatkannya.

Tapi aku senang tadi. Kita duduk di lapangan parkir aula barat. Senang bahkan untuk hal yang sederhana seperti itu. Duduk, ngobrol, tertawa, bertengkar lalu tertawa lagi.

Sepertinya akhir-akhir ini kita jarang seperti itu lagi. Aku rindu saat-saat seperti itu.

Kamu,
Aku baca suratmu. Dan aku mengerti. Kamu tak perlu risau lagi. Kenapa setiap kamu singgung mengenai perpisahan, aku setuju saja. 

Kenyataannya tidak begitu.

(Btw, barusan adikku masuk ke kamar. Untung kertas ini tidak dilihatnya tapi sepertinya ia curiga melihat amplop surat dari kamu masih ada di meja. Haha, ketahuan deh! Dia tanya kapan jadiannya?
Ya nanti dikabari. Makan makan ya!
Dia tak tahu kalau kita sudah dua tahun jalan bareng.)

Rabu 2 Agustus 1995 , 10.30 pagi

Hai, aku masih melanjutkan suratku yang  kemarin. Kebetulan sekali kamu telpon. Rencananya surat ini akan aku berikan buat menemani perjalanan nanti di bis ketika kamu pulang.

Nah, sekarang tentang hal yang serius.
Masih ingat, aku dulu pernah bilang kalau aku ingin..
Ingin apa ya?
Ah, sudahlah. Nanti saja aku.
 katakan langsung ketika kita bertemu. 
Read more

mood swing yang sungguh sangat menyebalkan ini

Bandung 2 september 1995, 00.40'

Hai kamu,
Kamu pernah bilang, kalau aku harus mulai mau terbuka. Kalau begitu, kali ini aku mau cerita. Tapi aku takut kamu tidak sempat mendengar seperti kemarin. Jadi lebih baik aku tulis saja. Kamu bisa baca kapan saja. Tak perlu menunggu hingga aku mau bicara.

Aku pamit ya. Nanti sore aku akan berangkat ke kampung naga dan kampung pulo di garut. Doakan aku ya, supaya selamat.

Maafkan aku. Belakangan ini sepertinya aku banyak menyusahkan kamu. Banyak ngambeknya. Mungkin aku lagi butuh perhatian.

Minggu ini, berat buatku. Aku belum bisa menyesuaikan suasana kampus dan perkuliahan. Tak perlu kujelaskan detailnya. Bukan aku tak mau berbagi. Tapi aku ingin menyelesaikannya sendiri. 
Kamu paham kan?

Kamis lalu kamu datang ke rumah. Aku senang sekali. Ingin rasanyanya kamu aku peluk erat-erat. Sepertinya orang-orang di rumah maklum, kalau ada sesuatu diantara kita. 
Dan tumben, bapak dan ibu langsung masuk dan nonton tv di kamar. Biasanya tidak begitu 🤭
Kamu tahu, biasanya kalau ada temanku datang, ia tetap saja cuek dan duduk di ruang tamu. 
Tapi kemarin, kok tidak ya?

Jumat lalu, aku diantar adikku ke bank. Aku mau perpanjang deposito. Lalu kami pergi survey ke pasar. Menunggu yang lain pergi, ah. Bakal lama!

Malemnya LS nelpon. Dia bilang kangen. Hehehe.. aku juga. Rasanya sudah lama kami tidak jumpa. Kami ngobrol agak lama. Kesimpulannya kami punya masalah yang sama. Besok janjian mau ngobrol lagi.

Dan sekarang, aku sedang menyusun catatan, data-data serta foto untuk tugas 411 hari Senin depan. 
Biar nggak buru-buru.

Hai kamu,
Aku masih merasa komunikasi antara kita masih kurang baik ya. Aku akan coba perbaiki.  Aku sadar, aku tidak seekspresif kamu. Aku yang kalau sayang atau kangen. Jarang sekali mau bicara. Tapi aku suka sekali kalau kamu bilang rindu. 
Aku tidak adil ya.😅

But, you can expect me to change it that much. I need more time. Aku harap hal itu juga terjadi pada kamu.

Kita sama-sama butuh waktu.

Kamu ingat ketika hari rabu kemarin? Jam satu siang aku masih ada kuliah interior. Aku tidak tahu kalau kamu ternyata menungguiku selesai kuliah. Kamu tahu, saat itu perutku mulas hingga keluar keringat dingin. Aku berdoa semoga kamu ada. Semoga kamu ada di luar kelas menungguku pulang. 

Kamu tidak tahu. Karena aku tidak cerita.

Ah aku malah nangis. Cengeng sekali. Mood swing sekali.

Aku pamit ya.
Doakan aku.


 


Read more

sebelum aku pergi bagian 2

Kamis, 5 oktober 1995 2.45 siang, studio RGA 5

Tadi pagi aku sengaja tidak masuk kuliah. Aku sudah titip absen. Tapi kata LS sudah ada yang ngabsenin. Who?

Semalam kepalaku pusing. Bahkan jauh sebelumnya aku sudah merasa mual.  Jam satu siang aku kuliah interior, materi hari itu tentang golden section. Aku tak paham darimana perhitungannya.  Bagaimana pak RS menghitungnya. Akar dua, akar tiga, satu banding akar dua. 
Dapat darimana?

Dan ketika pulang, hujan. Lebat sangat. Gila!
Aku mandi, shalat, makan lalu pukul 7 sudah tidur. 

Paginya lumayan segar. Baca buku dan membuat makalah untuk (mata kuliah) bentang alam. Hari ini harus dikumpul.

Selain itu?
Aku memang tidak mau bertemu kamu. Aku bosan. Karena dari kemarin yang kamu bicarakan hanya tentang rencana perjumpaan kita di hari kamis. Kamu hanya punya waktu 1,5 jam. Dan kamu mau berpakaian rapi. 

Ya sudah. Itu kan rencana kamu. Rencanaku berbeda. Menurutku kita lebih baik tidak usah bertemu.

Padahal hari ini aku rindu sekali. Aku ingin ketemu sebelum aku pergi. Tapi kamu (sok) sibuk. Kenapa sih tidak mau mengantar aku pergi?

Iya deh, kalo memang sibuk. Tapi mana aku tahu kalau kamu sedang sibuk kalau kamu sendiri tidak pernah memberitahu aku?

Sudah malam.
Ternyata tadi siang aku sibuk sekali. Akhirnya aku bisa berangkat juga.

Kamu tahu? Senin kemarin aku cetak foto ini. Fotonya bagus.

Sudah dulu ya. Doakan aku.

Jam 7 kurang 20 menit
Read more

sebelum aku pergi bagian 1

Bandung, 2 oktober 1995, 23.45 malam


Hai kamu!
Jangan kaget ya. Rencananya surat ini akan aku berikan senin depan. Aku titip WD.

Aku tahu kamu sibuk belakangan ini, but dont push it to much. Kalau terlalu lelah, kamu bisa sakit. Dan aku akan sangat khawatir.

Ketika kamu baca surat ini, mungkin aku sudah tiba di Medan.  Dan yang jelas, aku tetap sayang kamu. Kamu juga kan?  Doakan aku ya supaya selamat selama perjalanan.

Aku pasti kangen kamu. Jadi, jangan kaget kalau tiba-tiba aku telpon kamu. Jadi jangan pulang terlalu malam ya. Jangan lupa makan. Dan jangan sampai sakit.

Oiya, ini ada foto waktu di Bali kemarin. Sebenarnya masih banyak kok. Tapi menurutku, ini adalah the best!

Sudah subuh, sudah masuk hari senin. 
Dingin.
Padahal lampu kamar, lampu meja, tv masih menyala sejak jam 9 malam tadi.

Aku sudah selesaikan semua rencana yang akan aku kerjakan besok. 

Tomorrow is a busy day!

Tugas arkot sudah selesai. FRS juga sudah aku titipkan pada LS/WD. Semula akan aku titipkan padamu. Tapi batal
kamu sibuk weekend ini bukan?

Tugas bentang alam juga akan aku rampungkan. Karena kamis ini akan dikumpulkan.

Besok aku mau ke Bank. Lalu belanja logistik untuk perjalanan ke medan. Yang penting, nyaman.

Sial! Banyak nyamuk disini.

Jujur, sebelum pergi.aku ingin ada waktu sebentar saja dengan kamu. Tapi kamu selalu sibuk. 

Awalnya aku tidak terima. Tapi lama kelamaan terbiasa juga. 

Aku punya kesibukan juga. Ah, aku mencari-cari kesibukan. Betapa rapuhnya.

Aku (mencoba) mengerti.

Tapi, yang kamu harus tahu. Dimanapun, kapanpun, aku akan selalu ingat kamu. Aku selalu sayang pada kamu. 

Sudah dulu ya.
Eh, kamu mau nitip apa?

Kalau aku sih, aku titip doa saja ya.

-dari aku- 

Read more

surat keempat

Minggu 7 september 1997, 08.30 WNK (waktu nungguin kamu)


Hai kamu,
Aku cuma mau bilang terimakasih.
Kamu datang jauh dari Jakarta.
Bersusah payah datang ke Bandung.
Terimakasih. Karena aku cukup egois untuk menguasai kamu saat itu.
Hanya untuk aku.

Dan aku tak peduli. Aku hanya mau kamu selalu ada disisi aku. 
Rindunya itu lho, tak habis-habis.
Read more

memo empat babak

Bandung, 19 oktober 1996, 13.30 wib

I
Hi kamu,
Lagi asistensi?
Aku kembali lagi ke kampus.
Padahal tadi sudah pulang ke rumah dan mau tidur siang 😂
Dompet hijauku ketinggalan di kaplingnya Kukun

II
Jadi, sambil lalu, aku tulis saja catatan di meja kamu. Ada yang ingin aku tanyakan.
Apa tadi pagi kamu telpon aku? Mengenai apa?

III
Padahal aku mau cerita tentang kucing
Semalam, kucingnya pulang 😌
Dan tadi ketika pulang dari kampus, 
Jendela kamar yang asalnya dikunci dan dipaku (oleh bapakku)
Sudah terbuka
Tapi aku masih diam.
Aku protes.
(Hehe.. why should I talk? I dunno what to say)

IV
Ya sudah.
Cuma mau ngomong itu kok.
Besok, kalau aku jadi (kerjakan) tugas gambarku di kampus,  aku akan mampir.

Mungkin setelah jam makan siang.
 
Read more

ya sudah

Bandung, 29 oktober 1996


Hai kamu,
Sudah pukul 12 siang.
Aku pulang.
Sudah satu jam aku menunggu.
Giri bilang, kamu sudah pulang.
Ya sudah.

Read more

saat saat lebay

Kamis, 7 September 1995, 22.30 wib

Tadi jam 9 pagi, aku selesai kuliah struktur. Tidak ada tugas, tidak ada workshop.
Siangnya jam 12, aku pulang. Makan, nonton TV sebentar lalu tidur. 

AKU SENAAANG SEKALI !!!
Lama rasanya tak tidur siang seperti ini. Semula lelah, hilang lenyap. Aku bangun jam 5 sore.

Haha.. dasar kerbau!!!

Hai kamu,
Tadi siang aku mimpi tentang kamu. Aku lupa bagaimana ceritanya, tapi yang jelas ada kamu disana. Apa aku rindu? 
Padahal baru satu hari kita tak jumpa 😂

How's today? Seminarnya gimana? Nnti cerita ya.
Eh, kemaren Rabu, aku malah kuliah interior. Bayangkan, 1,5 jam menunggu, pak RY, dosennya tak kunjung datang. 
Ketika kami akan bubar, tiba-toba pak Ratman datang menyampaikan pesan dari pak RY, seandainya ia tak datang hinggal pukul 2 siang, maka kuliahnya batal.

Cabuuut!!!! Hahaha..

Ah, cerita apa lagi ya. Ada apa sih dengan kamu? Kalo lihat kamu, rasanya ingin selalu dekat. Kalau lihat kamu, rasanya ingin tertawa dan bernyanyi sepanjang hari.

Aku gila?

Iya. Aku gila. 

Dan aku suka ketika kita kabur kuliah hari selasa kemarin. Seperti anak SMA saja ya.  Oiya, tanggal 23 September depan, kamu jangan kemana-mana. Temani aku.
Dan jangan membuat janji dengan orang lain. 
Buat janji sama aku saja, hehehe. Plis!
Ini permintaan lho.

Aku ingin kamu ada disini sekarang. Aku ingun kamu telpon aku. Aku ingin dengar suara kamu.
Aku rindu.
R-I-N-D-U

Ah, apa-apaan sih aku tulis hal seperti itu. Aku malu sebenarnya.
Coba kamu katakan, kamu hanya sayang kepadaku dan cinta kepadaku.
Katakan!
Katakan!

Semoga sabtu nanti kita bisa berjumpa ya. Aku sayang kamu. Aku doakan kamu.
Selalu.





Read more

self question

Jakarta, 9 September 1997


Hei kamu yang baik,

Sekarang jam 10 pagi. Aku baru saja dsri PT.Dumez di gedung sebelah. Lalu ke pasar festival  yang ada di sebelahnya.  Jalan-jalan dulu 😂

Gimana ya menjelaskan perasaan ini. Agak campur aduk. Ada rasa sesal. Rasanya tadi seperti menolak pekerjaan yang jelas jelas ada di depan mata. 

aku ragu.
Bukan karena akan menghadapi pekerjaan baru. Bukan juga karena hal-hal baru yang akan aku alami dan harus belajar dari awal. Bukan juga karena nanti akan berpisah dari keluarga dan pindah ke jakarta.

Tapi aku takut.
Aku yang bodoh dan pongah ini. Takut tak  bisa mempertanggungjawabkan bualanku kepada perusahaan ini. 
Takut kalau nanti akan mempermalukan diriku sendiri. Kalau kenyataannya aku ini hanya omong kosong  belaka. 

Aku ragu.

Aku terus menunda-nunda. Mundur terus setiap ada tawaran pekerjaan. Alasannya sih karena belum wisuda 😅 
How stupid I am.

Aku tahu. Cepat atau lambat, aku harus berubah. Keluar dari tempurung ini.

Sebenarnya aku harus mempertanyakan motivasiku juga sih.
Apa mencari kerja ke Jakarta hanya karena mau menyusul kamu?
Tidak bukan?

Eh, sebenarnya iya juga 😂

Tapi aku mau kerjaan yang aku suka di dalamnya. Kerja yang aku terlibat di dalamnya. As human, not machine. 

Haha.. naif sekali.

However, I'm glad that you support me so far. Whatever it takes. Thank you.




Read more

I am a carrier person, am I?

Bandung, sabtu 20 september 1997, malam jam 11.25'

Hai kamu yang baik,
Aku mungkin lupa apa yang aku tulis seminggu lalu, mungkin aku juga lupa cerita apa yang akan aku ceritakan buat kamu. Mungkin lupa, sudah berapa lembar tulisan yang aku tulis.

Tapi aku tidak akan lupa akan rindu, sayang dan tetap menunggu kamu.
Aku yakin, minggu depan kamu pasti datang. Dan aku yakin, karena enam hari lagi itu tidak lama. 
Dan aku yakin, kamu juga rindu aku bukan? 

Kamu masih ingat jaket yang pernah aku pinjamkan padamu dulu? Jaket itu masih ada disini ada didekatku ketika aku akan tidur. Tapi harumnya, hampir hilang. 
Aku sedih. Apa bisa di recharge ulang? 😜

Oiya, selasa lalu, aku, HN dan WI sengaja mengajak LS makan siang, rencananya kami ingun ngobrol dengannya. Siapa tahu, mungkin dia ingin curhay mengenai TA- nya. Mungkin kamu juga tanya kemana NR. Itu juga jadi salah satu yang akan aku ceritakan. 
Kedua sahabatku itu, sama-sama melepas TA-nya. Mereka baru ambil TA semester depan. Sama-sama perfeksionis, sama-sama merasa belum siap.
Aku sedih. Ternyata sifat mereka masih sama seperti dulu. Dia bersikap seolah-olah tidak mau dibantu. 
Rupanya gara-gara ngobrol siang itu, semua jadi keluar. Curhatnya LS, curhatnya aku, curhatnya WI dan HN. Akhirnya kami mengerti apa permasalahannya. Kami janji akan bantu. Because she asked for it.

Apa kabar curie?  Ya, santai saja 😅, mungkin karena baru mengumpulkan data dan belum tahap analisa yang bisanya paling memakan waktu.
Kadang, kalau lagi malas, jam 2 siang juga sudah pulang. Jalan-jalan, atau makan! Biar aja deh, yang penting kan kerjaanku beres.
Btw, ruang kerjaku dan Wi ada diatas, yang ada musholanya dan jauh lebih nyaman.

Dulu aku merasa tidak pernah maksimal kalau mendapat pekerjaan seperti ini. Apa karena dulu berbarengan dengan kuliah ya? 
Sekarang  baru sadar kalau sudah lulus dan kerja disana. Apa karena aku dibutuhkan? aku punya kemampuan?

Let say, pengalamanku sebelumnya mempertanggungjawabkan suatu pekerjaan, mengejar target, bekerjasama dengan orang lain, ternyata berguna.

😅 stupid
Aku merasa punya hak yang sama (dengan seniorku disana) Juga hal hal yang kecil seperti menggunakan komputer atau mesin fax. Kadang, aku merasa menjadi orang yang selfish, tapi kalau tidak begitu, mana kelar kerjaan!
I used to be lugu dan bodoh.

Stupid.

Intinya, aku sadar kalau proses pendewasaan seseorang itu tidak selalu melalui jalan yang baik dan lurus, kadang sebaliknya. Harus diberi konflik dan benturan agar ia alami sendiri dan dapat menentukan jalannya sendiri. 
Dan kemudian hari, dia tak akan mengulang masalah yang sama.

Mungkin itu juga yang terjadi pada LS.dan VD. 

Nah, tentang VD, ini ceritanya lain lagi. 
Jumat lalu, aku bertemu VD di curie. Disana ia sempat mengeluh karena dosen pembimbingnya tidak mau menandatangani buku laporannya. Dan rencana wisuda oktober depan mungkin terhambat akibat belum membuat laporan KP, belum ujian KP dan ditambah belum membuat laporan lombok kemarin.

I dont blame him, aku berusaha menjadi pendengar yang baik. Dan aku bilang kalau hal itu masih bisa dikejar kok. Sayang kalau harus ditunda hingga april tahun depan.

But, I think, that's still his problem and he could not solved it until he throw his butt and sit behind the computer.

And start working! Pursue mr. TTG and Mr. EK to finished his report. 

Juga tidak tentang laporan lombok yang belum juga ia kerjakan. Aku tidak akan memberikan dispensasi.

Aku kejam? 😌

Yah, kalau tidak begitu, aku akan terus dimanfaatkan orang. Aku harus bisa memisahkan mana yang disebut kerjaan dan mana yang disebut dengan teman.

Sudah tentang kerjaan.  Aku mau cerita tentang yang lain deh.

Kamu tahu? Di dekat meja kerjaku, ada papan pin up untuk menempelkan macam-macam berita. Termasuk kalender bulan ini. Dan tahukah kamu? Ada beberapa tanggal yang kuberi tanda 'smile' 🤭 setiap kali kamu datang ke Bandung.

Haha.. aku rindu ya?
Iya deh. Aku memang lagi rindu. Berat. 
Sering telpon kesini ya. Atau nanti aku akan lupa seperti apa suaramu.
Aku tunggu.

Selesai jam 00.35'
Ah.. sudah hari minggu. Tinggal 5 hari lagi. (Counting down)





Read more

kabar

Kamis 27 maret 1997
Hei kamu,
Terimakasih telponnya ya
Terimakasih juga sudah mengingatkan sholat subuh

Kamu baik baik saja kan?
Aku yakin begitu
Karena aku disini juga baik baik saja

Pagi ini aku kerja di studio
Mulai tugas tugas baru lagi

Doain aku ya
Semoga lancar
Read more

sidang

Cimahi, Rabu 2 April 1997, 06.30 pagi
Hey kamu!
Jumat ini aku mau sidang.
Doain ya, semoga lancar.
Aku tahu kamu tidak bisa datang
Itu bukan masalah besar
Tapi masalah sebenarnya adalah
Aku lagi sedih saat ini
Lagi capek
Pengen bilang kalau TA ku bermasalah
Tapi aku nggak bilang sama kamu
Jadi, surat ini tidak pernah sempat terkirim
Nanti aja deh, biar kamu baca langsung.



Read more

KKEB

Minggu 7 Mei 1995
Sekarang jam 11 malem kurang seperempat
I dont know
How I feel
I remember you
I miss you

Masih gambar?
Jangan terlalu dipaksa
Nanti sakit
Lalu aku sedih

Kamu masih inget lagu yang aku suka dulu?
Waktu kita makan di kantin pusat

Tadi (tanpa sengaja) aku buka buku catatan
Ternyata ada liriknya
Aku mau kamu juga lihat
Bahwa thats how I feel


(KKEB andre hehanusa)
Read more

ini (the real) surat cinta

Sabtu, 6 Oktober 1996, 08.15 pagi

aku nonton sidang pak Danis di ruang S2 hari ini

________________________________________

Hei kamu! Kaos kaki saya simpan di bawah loker warna biru, dekat sepatu kulit!

________________________________________

Selasa, 8 Oktober 1995

Kamu,
Aku pulang.
Jangan terlalu malem pulangnya.
Nanti capek.
Nanti (semakin) sakit

Bye!
Read more

kartu pos bergambar aula barat

Read more

telpon dari si hujan bulan juni

Jam 2 subuh. 29 november 1995
Nanya.
Kok ngomongnya kayak gitu.
Ceritanya protes
Jarang-jarang ada yang mau ngasih niat
Dan tidak?

Cerita dulu. Gini.
Ada yang kasih sesuatu. 
Bubur misalnya.
Lalu kamu terima.
Bubur pertama sudah basi.
Nggak ketahuan. 
Tapi ada efeknya.

Bubur yang kedua.
Masih hangat.
Dimakan. Efeknya kenyang dll
Walaupun orang yang dikasih
Nggak ada
Yang pasti (seseorang ini)
pengen ngasih sesuatu

Iya. Itu ungkapan
Kalau itu niat
Semua berangkat dari diri
Percaya atau tidak
Terdekat
Gitu.

Apa salah?
Nanya kok niat banget sih
Aduh, iya iya
Ah jujur aja ikuti aja
Aoa yang ada di dirimu
Kalau ganggu akan

Masih tergantung
ngambang
Kalau udah ditentukan
(Artinya) titik
Eh, sial
Manggil kesanyangan

Dor!
(Nggak tidur?)
Yang tiga orang udah tidur
Yang satu 
Lagi nelpon ☺️
Lagi kangen
(Sama siapa?)
Kata
Ah..norak!!
Anget
Pake jaket
Pake kaos lomba sketsa
Dipakai

Selektif aja
Adik ada
Datang dan cerita
Ngeliat nggak?
Nggak enak jadi nggak nyamperin
Bakar! Bakar!
Taunya jadi beneran
Jadi serius
Pas digotong
(Dipukul gimana sih?)
Bakar
Item! Punggungnya

Bulan bulan ini
skenarionya
Kemaren
Aduh Studio udah nggak indah
Kayaknya udah males
Gimana kalo selametan
Mandiin studio?
Di lantai 3
Pake teatrikal bla.bla
Butuh orang banyak
(Itu sih kerja bakti)

Oiya, anak jogja dateng
Informal
Semester 9
Cela-cela an antata gedung
Laper (jaraknya) 500m
Lumayan

Nggak
Biar adil
Barengan
Uh sial
Ready
Anytime, anywhere

Kalo nggak sinkron
Kemaren ada tulisan
Mau ngomong dicekal
Mau ngomong beneran ditahan
Bener nggak?
Habis
Lari dari kenyataan
Serius
Nggak
Kalo gitu musuhan!

(Masuk kuliah jam berapa?)
Jam 9
Jadi malu
Katanya mau duluan dari si aku
Setahun lebih cepat

Mau cari teman
Bolos!
Udah
Bener ya?

Pengen ketemu lagi
(Tapi) Nggak mau keseringan
Aku bilang
Bla.bla
Segala macam (itu)
Intinya
Bangga sama
Suka karakter
Gini....gini...
Banyak pertanyaan
Yang nggak masuk akal
Dan (sulit) menjawabnya

(Aku) bilang
Wanita ini terlalu bangga
Tiap kali nelpon
Selalu dibicarakan
Pokoknya
Nggak usah takut
Ia sudah
Habis... sori...
Nggak etis
Globalnua

Dua duanya  bingung
Dan bingungnya beda
(dia) lebih dulu dari saya
lebih punya hak
Nggak usah takut
Dia udah terlalu
Sama si dia
Bisa dilihat
Dia
Intinya tahu

Kamu tuh
Selalu hadir dan
Nggak pernah dilupain
Sambil ngomong
Dada rasanya mau robek
Mudah mudahan
Dia juga yakin
Sama apa yang dijalani

Sejauh mana?
Udah
Gimana si U ini?
Nggak tau
Minta ijin
Boleh nggak masih
Hubungan dengan kamu
(Dia jawab)
Silakan

Atau gimana dia berpikir
Ngebayangin kamu
Ngerasa bersalah

Maaf
Nggak ada yang mengkotak kotak

(Aku) paling nggak suka membohongi
Diri sendiri
Jujur aja
Masalah nanti
Masalah belakang
Yang berhak
Tergantung si putri
Tapi dalam hal ini
Kamu belum buta
Untuk memilih 
Saya

(Aku) nggak ngerti
Pesimistis
Ungkapan ajs
Kita sama sama ketawa
Kesimpulannya
Bingung
Ada pesimis dalam diri
Kecewa

Aduh
Sayang sekali
Ceweknya udah bangga
Jadi siapa yang ngejagain
Dia di bandung

Aku mau tanya
Sebatas dekat yang diketahui
Masalah
Bikin hubungan kalian jadi
Gimana
Atau memang sebelumnya (ada sesuatu?)

Habis..
Gimana
Kalo....
Kesel gitu terus
Lama lama jadi mikir
Nggak tau

Perasaan
Kalau dikaji
Salah
Jado bingung
Jujur
Selalu

Ada semacam prediksi
Apa dipaksain?
(Mau) sampe kapan?

Terus bertengkar
Tapi berdarah
Mikir
 Lihat gimaba
Dia menunduk
Lho kok nggak tahu?

Pokoknya cerita semua
Gimana dengan kamu
Gimana kuliahnya
Llu
Jangan setengah setengah
dalam berbagai.hal
Iya ya iya
Enggak ya enggak
Jangan setengah setengah

Aku bingung
Aku nitip kamu
Karena aku jauh dari kamu
Perlu marah sama dia
Kalau ada yang ganggu
Semua yang aku miki
Bagaimanapun, apapun, dimanapun

Maaf
Jelasin suka

Sinis terhadap hidup keluar

Kecewa
Nggak mau cerita tentang
Kenapaa harus kayak gini

Sesuatu yang lama
Itu yang bikin kecewa
Jangan mundur di depan
Pokoknya ngerti
Nggak sakit
Serius

Kalo aja....
(Ah) jadi telat

Aku bingung harus gimana
Sama kamu
Sama kalian
Bingung
Ada yang perang

Kalo nggak mau
Pertimbangan ada
Sisa tiga jalan
Di perempatan, jalan lururs

Jadi itu

Kelihatannya gimana?
Kamu sih terlalu baik sama semua orang

Orang yang udah baik

Itu bener!
Tapi kalo perasaan (yang) bicara
Rasa kelaki-lakian bixara
Entah salah satu
Enggak
Jalan 
Ngerem sebelum ada hambatan

Begitu

Sopan nggak sih, jalanan ke depan
Nggak tahu
Semua jadi satu
Bertengkar
Halo?
Bertengkar
Selalu

(Aku mau) tanya
Seandainya belok kiri atau kanan

Bingung?
Iya
E..e..

mmmm

Kasian ya
Aku minta maaf
Masih nggak.itu
Itu haknya
Jadi takut menentukan arah
Bisa


Jam 04.20 subuh
Kasusnya sama
Ke kiri
Atau ke kanan
(Apa bisa)
Berdampingan?

Aku yakin
Tuhan pasti tahu
Yakini aja
Apa yang terjadi
Tapi yang di belakang punga
Otak dan berpikir
(Dia).ngelihat

Nggak ada yang bingung
Nggak ada yang nelpon subuh subuh
 Nggak ada yang datang ke bandung

Jujur
Apa
Sebenernua
Nggak bisa lihat muka kamu
Semua
Nggak keluar

Canda 😁

Ini juga masukan
Biar berkaca
Biar tahu diri

Tapi tidak bersinggungan
Dengan keyakinan
Anything is possible
Mungkin

Tumben nanyain ,😌
Oiya, selalu ingin baik baik
Kamu masih dengar?
Hei
Apa
Kamu masih ingat?

Udah tahu isinya
 Naif
Kenapa?
Kok jadi mikir?

Positif!!!
Bener nggak sih?

Ah, ngantuk
Pilek

Konsultan?
Nggak juga
Cuma

Pernah ngeliat
Mau ke disain pemukiman

Kamu nggak bisa begitu
Oya?
Harus nunggu 3 bulan
Bawa surat
Nggak
Iya
Susah?
Atau
Nggak mau capek
Atau kalo enggak
Kamu Mungkin disain
Ada kenalan, konsultan
Yang (majority) ke disain

Arkadia mayoritas orang ami. Ada alumni itb

Hanya kpl-nya lama
1000 jam
Kalau mau di pemukiman
di wastu graha
di water park ancol
Nanti
Tanya tanya dulu
Gimana gimana
Ok
Di arcadia
Ya udah
Dateng ke sana
Anter aja

Aku mau tanya
Kalo tiba tiba 
kita (jadi) nggak kenal
Apa kamu merasa kehilangan
Nggak?
Kadang kala keluar
Dari pikiran
Apa harus lari dari pandangan

Nggak pengen
Nggak kenal
Belum bisa

Ya nggak tahu
Satu pemecahan

17 oktober !!!!
Aku
Biar rame
Gimana
Masih bingung?
Jangan bingung
Nanti aku sedih

Kemaren 
aku (ngerasa jadi orang) jahat
Aneh
Ada kamu lagi nunggu mobil
di cihampelas

Aku sama leo dan sandhy.
Ada kamu sama dia
Lewat
Kamu dipukul kenek
Kamu pake topi NY

Aku (melihatnya)
Aku kejar
Makin marah
Dsn ceritanya makin aneh

(Kamu Masih denger?)
Masih

Makasih ya
(Iya makasih juga)
Iya deh
Makasih
Kok gitu?
Oke
Janji?
Shalat dulu
Iya

Terus?

(terus jam 5.15 subuh, 
Udahan
Tapi lama banget mau nutup telpon
Assalamualaikumnya sih udah dari tadi
Lalu
Keterusan
Habis ini mau ngapain?
Mau lihat foto kamu 😌
Tapi kan nggak bagus bagus amat!
Nggak perlu bagus
Yang dilihat (adalah) karakternya
Aku termasuk selektif memilih karakter
Ups!
Tengkyuuuu 🤗


Read more

kartu pos bergambar petromaks


Buat kamu (di depok)
Dari aku (kebon rumput I D-29)

Cimahi 5 Maret 1997

Hai,
Hanya ingin memberi kabar. Aku di Bandung baik-baik saja. Studio kami baru mulai setelah pertemuan dengan Pak Adib. Ketua kelasnya M, dan ruangan ia bagi atas kelompok non smoking dan smoking area. How could? 😅

 Ya, ada yang bilang tak bisa mikir kalau tanpa rokok. Ah, seharusnya ada ruang untuk ngopi. Seperti aku.

Oiya, pertemuanku dengan bu Yayuk kemarin meninggalkan kesan kalau proyekku terlalu banyak masalahnya. Why? I didn't see any problem here.

Hey, stop about me.
How bout you?
How's your application? It works?

Nilai KP kamu mau aku carikan? Siapa tahu sudah keluar. Jadi, sering-seringlah telpon ke bandung. (Hehe..ini modus)

Btw, salam buat I, ya.




Read more

ketika kamu minta putus

Jumat 12 Mei 1995, malem
Sejak kamu ceritakan hal itu, aku jadi kepikiran. Kenapa perasaanku tidak enak begini ya? Atau memang hanya perasaanku saja?

Sebenarnya aku sudah menduga kalau kamu minta pisah. Ingin dekat dengan Tuhan? Cih! Alasanmu masih belum bisa aku terima. Dan kamu ingin proses yang benar dan akan dimulai dari sekarang. Bullshit!

Andai ini terjadi setahun lalu, mungkin aku tak perlu berpikir dua kali. Aku akan setuju 100%  bisa jadi karena sudah tidak cocok lagi dan karena belum jodoh. Mungkin.

Tapi sekarang? Terlanjur sayang aku sama kamu. Bisa-bisanya kamu bicara seperti ini.

Kamu ingat? Ketika lebaran lalu? Saat itu kamu bilang ingin lepas. Tak mau ada ikatan. 

Tahukah kamu apa rasanya?

Sakit!

Ini keputusan sepihak. Tidakkah kamu lihat apa yang aku rasa?

Aku tidak mau putus.

Brengsek kamu. Kamu sudah bergerak ke arah yang lain. Kamu tidak mau mencari jalan tengahnya. Berkali kali bilang mau pisah.

Aku tidak sanggup lagi.

Entah, kalau sudah begini aku jadi buruk sangka. Menurutku, kamu hanya bermain-main saja. Tak serius. Hanya ingin menyakiti.

Pengen nangis.
Pengen nangis.
Pengen nangis.

Apa dengan tangisan bisa menyelesaikan masalah?
Mungkin.

Mungkin di kemudian hari aku TIDAK akan kenal kamu lagi.

Aku mau lupa.
Semuanya.









Aku tahu
Read more

hati-hati ya

Minggu 23 Maret 1997, pagi hari.



Hell yeah, terakhir nulis hari rabu kemarin ya? Nothing special, mostly its about my feeling. Soooooo emotional. 😅
What can I say. That's me. The real me.

Kamu!
Hati-hati ya. Aku tidak mau kalau sampai terjadi apa-apa sama kamu.

Sering-seringlah nelpon.
Dan datanglah kemari.


Read more

ngalor lalu ngidul

Rabu, 19 maret 1997, 14.30 waktu studio


Kemarin sore, teman-temanku mampir ke kapling. W, dini, L dan Niar. Nggak bersamaan sih. Tapi aku senang bisa ngobrol.
Dan hei, tadi pagi kamu telpon bukan? Aku senang karena akhirnya bisa sampaikan permintaanku agar kamu datang. Kamu juga cerita tentang test masuk kerja. Masih panjang yang mau kami ceritakan. Tapi ibuku sudah berdiri senyam senyum disamping meja telpon.

Ah, aku jadi ikutan senyam senyum.



Read more

nguping

Selasa 18 Maret 1997
06.30 pagi
Pagi ini perasaanku tak enak. Aku was-was. Jangan-jangan kamu telpon lagi.
Andai kamu telpon, pagi ini aku akan menebus kesalahanku tempo hari ketika kamu telpon. Saat itu aku merasa obrolan kita agak canggung dan menggantung. Aku tak bisa merespon dengan baik. 😅

Kamu tahu? Kemarin itu ibuku sengaja duduk dekat meja telpon. Sepertinya ia ingin ikut mendengar. Walau sedang baca koran.

Ah, sial. 

Padahal aku ingin bilang kangen. 




Read more

kapan kesini?

Bandung, minggu 16 Maret 1997
Jam 11 malam lewat 35 menit
Hai kamu. Aku kangen nih. Kapan kamu kesini? Andai kamu telpon. Aku pasti akan bilang. Bandung - Jakarta hanya 4 jam lho. Jadi, datanglah kemari. Sebentar saja pun cukup.
Agar aku bisa lihat kamu. Bisa pegang tanganmu. Dan memelukmu.
 Itu saja. 
Kalau selepas itu kamu pergi lagi. Ya sudah. Tak apa. Asalkan kangenku terobati.

Hei, kamu tahu tidak kalau aku disini sangat rindu?  Aku ingin bertemu. Banyak sekali yang aku ingin ceritakan. 

Kemarilah.

Read more

that's the deal

Sabtu, 15 Maret 1997
Jam.13.05 waktu bagian studio TA 😜

Pagi tadi bingung menghitung program ruang. Sulit sekali. Ditambah hari ini aku sangat moody.  

Lalu datang IGN. Mungkin dia hanya speak speak saja. Tapi anehnya, aku justru mendapat solusi.

I'm feelin blue today.  
I dunno, sulit sekali penjelasannya. 

Aku kangen sekali.

Apa mungkin karena hari ini hari Sabtu? Dan aku berharap kamu datang hari ini.

Kamu mau kan kalau kita bisa saling memberi? 

Contohnya seperti ini. Kalau kamu lagi mau telpon ke rumah, kamu tentu akan lakukan itu. Walau kamu mungkin tak tahu, apa saat itu aku mau atau tidak menerima telponmu.

Tapi sebaliknya, jika aku ingin kamu menelponku, disaat kamu tak ingin. Kamu harus tetap telpon aku. That's the deal. OK? 

Read more

selalu dalam doa

Bandung, 12 Maret 1997
Hari Rabu jam 9 pagi di kapling
Aku harus mulai lagi. Hari ini terasa segar. Semalam aku puas tidur. Hari ink harus kelar satu kerjaan.

Eh, tadi kamu telpon. 😁 nggak nyangka aja. Aku kira kamu ada di Bandung. 
But it's OK. Aku senang kamu baik-baik saja. Aku senang bisa mendengar suara kamu. Dan tahu bahwa kamu selalu mendoakan aku.

Terimakasih.


Ps : aku tahu kamu telpon karena aku yang minta. Tapi aku tak akan minta kalau tidak perlu. Kamu harus mengerti itu.
Read more

bukit di ciumbuleuit

Bandung, 10 Maret 1997
Aku lelah. Lelah lahir batin. Dan kalau begini, tak ada yang bisa aku lalukan
 Aku ingat kamu. Kangen banget.
TA sama sekali belum kumulai. Empat hari belakang, aku sibuk mengerjakan panil presentasi pak R yang akan berangkat ke lombok tanggal 12 nanti. 
Bayangkan, empat belas panil, seorang diri. Merangkum puluhan tulisan kedalamnya. 
Lumayan 😅

Btw, hari minggu nanti kamu telpon ke rumah ya? Aku tunggu. Aku ingin dengar suara kamu. 

Kemaren minggu, aku pergi bersama W dan L ke punclut, Ciumbuleiut. Astaga, ramai sekali, tapi asik. 
Kami belanja tanaman dan mengelus kelinci. Banyak melihat ayam dan burung dan membeli keranjang rotan. Lalu minum susu segar.

Di ujung jalan, di puncak bukit punclut, kami sarapan nasi, lauk dan lalapan. Baayak warung disana yang viewnya ke arah sawah dan perbukitan di Ciumbuleuit.

Aku mau ngajak kamu kesana. 
Tapi kapan?

Read more

mulai TA

Kamis, 6 Maret 1997
Hari ini aku senang. Tadi aku mulai menata kapling untuk TA. 😅 padahal menggambar saja belum. Disana kami ngobrol dan saling komentar. Sudah kelihatan kok arahnya. Yang saling dukung atau malah saling menjegal. 
 Setengah tujuh malam baru pulang. Mampir sebentar ke curie, menyelesaikan kerjaan.
Sibuk. Tapi begitu sendiri. Aku ingat kamu lagi. Aku kangen kamu. 
Mudah-mudahan kartu pos yang kukirim segera tiba. 
Surprise karena ketika kemarin pulang siang, ada suratmu di kaca mobil. Padahal pagi harinya, aku baru saja kirim surat si kantor pos SC. (Note : student center)
 
Ah, tumben.

Read more

I'll be there, if u need me

 

27 april 1995


(Pic by shihori obata)


Hai!
Aku minta maaf, oke?
Aku tahu, kamu lagi bingung, males dan stress.
Seharusnya, ketika sore tadi kamu telpon,
aku bisa jadi pendengar yang baik.

Tapi ternyata tidak begitu.
Aku kasar sekali. 
Aku minta maaf.
Kalau kamu mau bicara lagi, aku pasti akan mendengar.

Hei kamu!

Rajin kuliah dong. Kok males sih? Sebentar lagi kan ujian.
Tadi siang aku cari di jurusan, tapi kamu tidak ada. 

Apa tugas-tugasmu sudah selesai?
Ah, aku jadi ngalor ngidul begini.

so, I will be there if you need me.
Ok?

- dari aku-
Read more

everybody need curhat right?

Setengah tiga subuh. 

(Pic courtesy bifng.tumblr.com)

Tadi nonton to liong to. Lalu tidur. Jam dua bangun, ingat belum sholat isya. Lalu nyalakan tv, siapa tahu masih ada. 
Here I am. Duduk, nonton tv, dan kucing tidur di kaki aku.
Aku ingat kangenku minggu lalu. Dan aku ingat saat itu mendapat pelajaran berharga. 

Aku kangen. Ada yang mau aku sampaikan. Aku ingin, kamu dengerin. Tapi kenapa ya, hal itu tidak pernah terjadi. Senin lalu, aku ingin cerita banyak. Tapi tak bisa. Padahal aku lagi kangen berat. 😣

Dua

Do not ever, ever do that again to me. I promise to accompanied you. Even until the night. Tapi kok aku malah kamu tinggal. Aku nungguin lho. Ya, paling tidak kalau mau pergi, kabari. 
You know what, yesterday I kinda like a stupid. Goin to library, hang around at lorong, ke warunh edy, ke ibu lotek, ke G, ke lorong lagi.

Aku kesal.

Please don't do that again. Bagi kamu, mungkin ini tidak penting. Tapi kamu kemana? Ketika aku sedang sedih. Ketika aku ingin bicara.

Kamu tak pernah ada.

Cih! (Aku, saat ini.😌😂)

Ketiga
Jam tiga kurang seperempat

Subuh. Dingin. Aku pilek lagi. Kaset bread sedang diputar. Aku suka sekali. Hampir setiap hari. Tiap saat. Tiap waktu. 
I really love it.
Sebentar lagi mulai kuliah. Masuk semester baru. Tapi aku ingin pergi. Pergi yang jauh. Jauh banget.
Aku tidak suka disini. Rasanya, apa yang kulakukan selalu saja salah. 
Aku mau pergi.
But how?
Cewek memang susah. Banyak yang harus dijaga. Harus hati-hati. Pergi sendiri? Mana boleh. 

Empat

Kemaren bapak menegurku. Hari jumat lalu, salah satu teman ex-SMA aku ulang tahun. I dunno how to describe our relation. 😌 its complicated. I
He used to called me 'mbak' even his ages was older 7 month than me. Sebenarnya aku yang minta ditraktir makan-makan. Aku kira beramai-ramai. Ternyata hanya kami berdua.
Actually, little bit ackward at time. 😅

Jujur, timbul rasa bersalah pada kamu. Saat itu, aku lagi kangen dan memupuk harap bisa ketemu kamu. 
Tapi sekarang, I don't think I ever had that feelin again. Lesson from todat, that I did not espect to much from someone.
Ever!

Lima
Itu yang aku maksud pelajaran. Tidak ada hubungannya dengan teman ex SMA ku. Mungkin tadi aku tulis ketika aku kesal.
Mungkin.
Sederhananya, aku tak mungkin bisa dapat yang aku mau. Solusinya? Aku tidak tahu. Karena masalahnya ada pada diri aku yang keras ini. 

Selalu berpikir bahwa semua akan berjalan seperti yang aku mau. 
Padahal tidak begitu bukan? Aku yang harus berubah. Tapi aku tidak mau. 😅
Gila memang.

Jadi jumat lalu itu aku ditegur karena dibonceng dengan motor. Mungkin sebenernya bukan masalah dibonceng motor, tapi pergi berdua dengan laki laki.
Bah!

Enam

Hari Sabtu. Teman SMA aku menikah.
(Kucingku sekarang pindah ke meja, tadi kami duduk berdua di lantai. Dia tahu karena suhu semakin dingin. Sementara aku sudah sejak tadi pindah ke atas kasur)

Teman wanitaku ini kuliah di unisba, calon suaminya sudah lulus dari UI. Aku tahu karena mereka sudah pacaran sejak SMA.
Aku melihat mereka. Dan aku iri.

Aku ingin nanti menikah dengan kamu. Berdiri berdampingan dan duduk berdampingan.

(Sekarang kucingku pindah ke kasur, mengganggu tulisanku dengan cara yang lucu)

Di tempat itu, aku bertemu dengan banyak orang. Bertemu beberapa teman SMA. Selesai makan, lalu pulang.

Tujuh

Oiya sudah dua hari ini akukerja bareng JJ dan 3B. Aku sedih. Feel lonely. Banget. Pengen ngomong, pengen bicara. Tapi nggak bisa. Semesta tak mendukung. Yang satu orangnya tidak pernah seriusm yang satu, aku tidak begitu kenal secara pribadi.

Delapan
Jam setengah empat subuh

And when I open the book. I hate to see these picture. Why I should see your picture there? Only your picture. Not real you.  
Aku kangen kamu. 
Tapi aku tidak tahu harus bagaimana. 
Atau.
Aku tahu harus gimana. 
Tapi nggak tahu harus kemana.
Nggak tahu harus bagaimana. 😰

Hari ini kami rencananya mau kerja sampe titik darah penghabisan. Cieee.. 😜 kemarin aku pinjam kunci ruang RGSR. Lalu bikin duplikatnya demi kemudahan dan kepentingan bersama.
Kriminal memang.
Kerja terus, biar aku lupa sedihku. Seperti senin lalu, padahal aku tahu hari itu lelah luar biasa. Selesai kerja jam 5 sore, jam setengah tujuh malam sudah dijemput teman teman. Kami berlima pergi hingga jam sembilan malam. Ada yang ulang tahun.

Sembilan

Sebenarnya dilarang ibu dan bapak. Enggak dilarang seperti anak kecil sih. Hanya mereka khawatir melihat bulatan hitam di sekitar mataku. Aku nampak lelah. 
Tapi aku dengan sombongnya tetap pergi. Aku mau melupakan sedih. Tapi tidak bisa. Bener kata orang, lari dari masalah tidak akan menyelesaikannya. 

Sepuluh

Kerja bareng kedua temanku ini, aku benar benar mendapat sesuatu. Sama seperti kalau aku kerja bareng DW, bikin maket, panitia kulap, atau kegiatan lain.
To be honest, I dont like read motivation book. Something abouy how to be a good leader, or organisation technique, step by step communication is. 

Aku cepat lupa. Pelajaran sejarah adalah pelajaran yang aku tidak suka. Metodanya yang salah. Menghapal. Lupa. Msnghapal lagi, lalu lupa.

Ah, jadi panjang 😅

Yang ini aku sampaikan tadi adalah I ve got my lesson by through the experience.

Sebelas

Jam empat lewat lima menit

Dengan kontak langsung. Itu yang aku anggap pelajaran. Apa aku bisa kerjasama dengan orang lain? Bisa menghadapi atasan? Klien? 
Dan menurutku, tidak semua orang punya pengalaman yanh sama. 
Itu kenapa aku tidak pernah (bisa) bicara.
Tidak kepada kamu. Tidak kepada orang tua. Tidak juga kepada teman yang lain.

Aku tidak pernah bicara terlalu dalam dengan orang lain. 


Dua belas

Apa aku orangnya terlalu toleran? Aku hanya tidak ingin orang lain ikut terbebani. 
Aku rasa karena sejak kecil, kami diajarkan seperti itu. Perbedaan suku orang tua, perbedaan selera, perbedaan teman, tingkah laku. Hidup berpindah pindah ternyata ada gunanya juga.😌  

Tiga belas

Jam 4 lewat 17 menit

Sebentar lagi adzan subuh. Perasaanku sudah mulai lega. At least sebagian besar sudah aku keluarkan. Dan aku masih belajar.  Pelajaran hidup tak hanya dari kedua orang tua. Tapi seekor anak ayam.

Kamu masih ingat?
Anak ayam yang ada di halaman rumah? Dulu dibeli 500 perak, adikku yang membawanya dari sekolah. Kasihan katanya. 
Namanya juga anak ayam. Masih kecil, ributnya luar biasa. Mungkin dia rindu ibunya. Kami seisi rumah tidak tahan mendengarnya.
Dan yang kena sasaran adalah adikku. Buang saja, beri dia makan..ini, itu, ini, itu.

Tapi anak ayam itu tak mau diam. Akhirnya kami selimuti, dan dia diam kesenangan.

Pulang kulap 10 hari, aku dapati anak ayam itu sudah tinggal di halaman. Bulu sayapnya sudah tumbuh.  Dan dia survive!

(Jam weker sudah berbunyi)

 Cari makan sendiri, kadang dikejar kucing, kadang dipatuk ayam yang lebih besar, kadang tertidur di pot bunga. Tapi  hei! Dia hidup. Lonely, tapi dia bertahan. Andai dia bisa bicara.

Empat belas

Kamu ingat kucingku? Kucingku yang sebelumnya, begitu.
 anak anaknya tumbuh besar, akan ia lepaskan. Mungkin dalam pikirannya, tugak emak sudah selesai ya. 😁

Tapi, kucingku yang sekarang, baru kali ini aku tahu. Begitu sayangnya ia pada anaknya. Bahkan ketika tubuh anaknya hampir sama dengan induknya, ketiks anaknya tidur, masih dipeluknua. Dimandikan, kadang dibawakan cicak, capung untuk teman mainnya. Pernah satu ketika anaknya demam, badannya panas dan tak mau makan.
Ia duduk dengan setia menunggui anaknya. 
Cinta sekali dia pada anaknya. I think our parent always do the same thing.

Hampir subuh. Jam 4 pagi 37 menit.

Aku tetap sayang kamu. 
Tapi aku tak mau berharap lagi kapan bisa bertemu. 

Sudah adzan subuh.
Aku pamit. 
Mudah-mudahan ada kesempatan untuk memberikan surat ini untuk kamu.

Kalau ada waktu yang tepat.

Sekian
Read more

memori daun pisang

Rabu 16 agustus 1995
Hai, kamu.
I missed u. 
Aku nggak tahu kenapa tiba tiba cengeng seperti ini. Aku pengen ketemu.
Tadi jam setengah tiga, janji dengan teman di kampus. Jalan lewat aula barat, lalu ke jurusan. Damn, I remember you.
Begitu tahu acaranya batal, rasanya ingin terbang. Pergi ke rumah kamu.

Tapi kita sepakat bertemu tanggal 21 bukan?
 Maka, aku kembali pulang ke rumah.
 Well, I really really miss you. Aku lihat foto kita berdua. Kamu tertawa sambil rangkul aku.
Aku putar dan putar kaset pemberian kamu. Lagunya bagus. Makasih ya.
Jujur, kamu orang pertama yang berbuat itu pada aku. Yang membuat aku merasa sayang.

Aku kangen kamu.
Kapan kita bisa ketemu?

Gimana caranya biar kamu tahu kalau aku kangen?
Kamu sih gampang, bisa langsung telpon ke rumah. Tapi aku?
Aaarrrgh!

Aku mau kamu telpon aku saat ini juga. Aku mau, kita berdua atur janji untuk ketemu.

Aku rindu kamu!





(Pic courtesy of accounts.youtube.com)
Read more

i was there

(pics courtesy wattpad)

Sabtu, jam 2 siang

Aku datang lho
Aku minta maaf
Aku memang keras kepala
Tapi, mau gimana lagi
Kamu juga begitu
Ya sudah, cuma mau bilang itu saja

(btw, tadi aku ke rumah diah. Bersama Lilis, Heni, caksun, wisnu, julian dan renat. 
Disana juga banyak kok. )

Note : aku, saat ini. I've no idea what is all about. I can not figure it out. 😌
Read more

posesif 😅

(pics courtesy amazon.com)

Bandung, 8 Juli 1995

Hei, kamu!
Cepat telpon saya.
(Lama banget nunggu ditelpon)
Nggak usah ngapa-ngapain dulu.
Taruh barang,
Langsung telpon.
Oke?
Read more

do you know what is doodling about? bagian 2


Catatan :

Ini kejadiannya sekitar tahun 1995 dan saat ini, 26 tahun kemudian, rupanya saya masih menyimpannya. Apa karena saya enggan melupakannya? 🙄

Read more

do you know what is doodling about? bagian 1

Catatan :
Buat kamu, aku atau kalian yang pernah hidup di tahun 90-an. Masa ketika belum  ada HP dan koneksi internet seperti saat ini. Yang ada hanya telpon rumah, telpon umum atau wartel (warung telekomunikasi)

Kebiasaan saya (dan mungkin juga kamu) pada masa itu adalah ketika menerima telpon, biasanya tangan tak sadar ikut mencoret coret kertas atau buku telpon yang biasanya ada di dekat meja telpon.

Dan ajaibnya, ternyata saya masih menyimpan tulisan dan gambar corat coret yang tak jelas itu. Hingga hari ini. Di tahun 2021 😅

Itu telpon dari seseorang yang jauh disana. Waktu pedekate. Mungkin hanya aku dan seseorang diluar sana yang paham potongan potongan kata dibawah ini. (Kalau dia masih ingat tentunya hahaha)

Mari kita mulai 😌

1. Tentang gemuk
Semakin.... banyak...makan..tapi
.. pengen gemuk. Pengen, kalo naek mobil ngggak ketinggalan. Iya..
Dua
Udah biasa
Nggak
Iya

Pengumuman anak
Nggak
Enggak swdih


(Note : Selanjutnya nggak jelas)

2. Tentang teman
Andri
Jeffry
Sandhi
Leo
Ditelpon yang nerima bapaknya
Malem itu juga langsung berangkat ke bandung
Pas mau deket rumah
Udah tutup
Dateng mobil pertama
(anak) yatim
Terus ada orang tua
Join the club

(Note : wallahualam 😂 cerita apa pula ini) 

3. Tentang kampus
Dosennya anggota istimewa
Rangkaian jumat
24-26 desember
InsyaAllah
Jual.beli
Gitu terus
Disuruh bangun
Studi

4. Tentang lagu favorit
I life my life
Kadang kala
Manusia pada umumnya mewakilkan sesuatu  bisa lewat lagu, kata-kata, karya, ingat sama, mungkin, maybe, makanya, aku selalu percaya pada waktu, punya dimensi, karena dalam waktu ada kemungkinan yang kita
Kita nggak tahu diatas waktu
Kita nggak tahu,..
 soalnya...

5. Tentang speak speak
Iya,makanya waktu akan berbicara
 Ia akan beri.jawaban
 Pada  brubah.
Susah cari rumah, bukan lingkungannya?
Susah cari lingkungannya. Apalagi jakpus. Kalau jaksel masih bisa. Sekolah masih teratur. 
Sisanya di pinggiran jakarta, kota transisi. Ngelihat pola, gimana siang, malam, pagi?
Mayoritas 
Mggak pernah mau lihat diri sendiri. Yang visualnya?
Gitum
Mungkin udah sama aja
Nggak di jakarta








Read more

surat untuk si hujan bulan juni bagian 2

from matt saunders

Kamis, 11 Januari 1996

Aku lupa. Tadinya mau kirim surat ini. Tapi negatif filmnya ketinggalan. 

Oiya, di jurusan lagi sibuk nih. Tanggal 19 nanti, anak-anak mau sidang. Aku ditawari untuk bikin maket. Lumayan, buat tambah uang jajan. Hehehe 😉 tapi ini misi bunuh diri. Sidangnya seminggu lagi.

Lalu seharian tadi aku bolak balik ke TU jurusan. Minta dibuatkan salinan transkrip, lalu ke kajur dan sekre untuk dibuatkan rekomendasi. Hei, aku mau sekolah lagi lho. 
Tapi ternyata aku tidak sendiri. Banyak yang berpikiran serupa. Ah, sial.

Kemarin ada pengumuman di lorong. Dicari orang yang berminat untuk menjadi asisten AR 111 dan 112, syaratnya nilai matakuliah semester itu minimal B, anggota himpunan, mau bekerja sama, dan seterusnya dan seterusnya.

Ah, aku nggak masuk hitungan kok. Nilai semester satuku tidak begitu menggembirakan.
Celakanya, aku terjaring anak-anak yang akan mendaftar menjadi asisten. Dan diterima. Kasihan sekali anak-anak 95 😌

Aku boleh cerita lagi nggak?
Mudah-mudahan kamu nggak tertidur membacanya 😅

Agustus tahun lalu, aku dan kedua temanku (sebut saja JJ dan 3B) 😜 ikut lomba disain yang diadakan salah satu univ di Jakarta.  Denger-denger sudah diumumkan di himpunan jurusan kami sebulan kemudian. Tapi karena aku sibuk mengurua TKI MAI (temu karya ilmiah) dan kedua temanku sibuk tak jelas.
Lalu kami lupa. Brengsek.

Ternyata kami menang untuk salah satu kategori. Dan oleh panitia dianggap gugur karena kami tak daftar ulang. 😂



Read more

surat untuk si hujan bulan juni bagian 1

From abigail dela cruz

Bandung, rabu 10 januari 1996

Hai kamu, 

Terimakasih, postcardnya sudah aku terima kemarin. Kasihan. Dia kehujanan. Ada efek blur pada tulisannya. 😅 but, it oke. I like it.
Memang, akhir-akhir ini Bandung selalu hujan. Pagi, siang, malem. Tak hanya hujan, tapi dingin!

oiya, kemarin aku ikut ngospek anak-anak 95 di puntang. (Fyi, 50km dari Bandung) Kasihan mereka, kehujanan, kedinginan dan batuk-batuk. Nggak tega deh. 

Rencananya sih mau jasi swasta yang galak, tapi nggak jadi. Aku malah punya misi sendiri untuk mengumpulkan anak-anak yang berambut keriting 😂 untuk masuk jadi Himakrit (himpunan mahasiswa keriting)

Kamu tahu? Ada berita kalau ada anak Himafi (himpunan mahasiswa fisika) yang meninggal selepas Ospek. Lalu ada dua anak geologi yang masuk rumah sakit. 
Geologi wajar, mereka orang lapangan, jadi ospeknya memang harus sedikit keras ya 😜 tapi Fisika? Anak MIPA. Mau jadi apa?

Eh, tadi pagi aku ketemu Bagus lho, masih inget? Anak ITA. Kebetulan aku lagi ada keperluan di jurusan. Ternyata dia mau ikut ujian negara. Pantesan, kenapa dari tadi banyak orang yang tak dikenal mondar-mandir disini.
Ternyata anak-anak ITA, Unwim, Unla yang mau ujian negara di Jurusan. Eh, Bagus nanyain kamu tuh. Wah, gimana ya. Aku tidak tahu. Sudah lama tidak ngobrol lagi. Iya ya. Kamu kemana sih? Sibuk ?

Makasih ya buat negatif fotonya. Terpakai kok. Jadi, kemarin itu, hari apa ya? Jumat ya? Aku pergi ke (hotel) Chedi. Sendirian. Kamu pasti ingat, hotelnya ada di Ciumbuleuit. 
Yang lain sedang sakit dan nggak jelas. Nggak ada yang nemenin.  Aku bawa kamera, tanya-tanya, keliling dan foto. Sayang lagi mendung dan ini hanya untuk satu kali kunjungan. Tanggal 8 harus dikumpulkan. 

Anyway, I was loved being there. Aku naik hingga lantai 5. Itu lho, yang ada kolam renangnya. Survey kamar, ruang pertemuan, kolam ikan. Everything was perfect. The detail, the material, kayu, batu dan efek cahayanya.
Sayang ya hanya bawa satu rol. Owgh, I hate being perfect at that time.

Sekarang aku masuk semester baru. Semester delapan. Nggak ada studio lagi. Jadi libur tiga hari dalam seminggu. Maybe I should take sewing lesson 😄

Besok kuliah pertama, bareng angkatan di bawah. Malu. Ngulang lagi. Kemaren dapet E.
Lalu kami boleh mengambil mata kuliah pilihan. Aku ambil psikologi persepsi di FSRD. Kalau yang lain? Ada yang ambil seni keramik tapi ada juga yang ambil mata kuliah managemen di teknik industri.
Sekarang kami berjalan ke arah yang berlainan. Tak bisa lagi kuliah satu angkatan seperti masa lalu.

(Bersambung)









Read more
 

hujan, jalak dan daun jambu Design by Insight © 2009