kalo gitu, besok kita ke Gunung Agung aja....

“Hmmmm.. kalo gitu, besok kita ke Gunung Agung aja” Kata Joko, begitu aku selesai menceritakan mimpiku tadi malam.  


 


Pagi itu, kami berdua sedang menikmati kopi hangat dan sarapan pagi kami. Lumayaaan, compliment dari penginapan tempat kami ngebase semalam di kawasan Poppies Lane, Kuta. Dari restoran depan hotel, jalan yang sempit itu mulai ramai dengan turis yang mondar mandir membawa papan surfing. 


 


“Hihihi…” Aku nyengir setengah hati sambil membayangkan toko buku Gunung Agung di daerah Kwitang. “You’re kidding … right?” Tanyaku perlahan. 


 


Tadi, aku cuma iseng aja ngobrol. Kalo semalam, aku mimpi ngecamp di bawah tebing yang tinggiiiiiiii sekali. Sebenernya mimpinya serem kalo diingat tebing itu mulai runtuh menimpa tendaku. Panik aku berteriak-teriak menyuruh teman-teman setenda untuk lari menyelamatkan diri. (lucunya, masih sempet-sempetnya bawa keril, makluuum.. keril kesayangan ..hehehehe) 


 


“Iya.. serius Ries!”  


 


Gabruuuuks!!!! 


 


“Mungkin tebing di dalam mimpi kamu itu adalah tebing yang ada  di gunung Agung. Karena persis sebelum puncak ada satu tebing yang biasanya memang dipake tempat buat ngecamp”  


 


Uh! Terus terang aku nggak siap. Memang sih, waktu kesini kami sudah membawa tenda, trangia dan jaket. Tapi itupun hanya pengen ngecamp santai di tepi danau dan ngider dari satu danau ke danau lainnya.  


Once again, itinerary hancur berantakan J 


 


“Hmmm… daripada mati penasaran.” Pikirku. “Kapan lagi?” tidak ada yang lebih menyenangkan selain mengikuti kata hati. 


 


Mulailah sore itu kami berbelanja logistik. Yudi *teman Joko yang ada di Gianyar* kami telpon pula untuk menemani kami kesana. Besok jam 12 ketemu di terminal Ubung, Denpasar. 


 


“Deal!” 


 


Dua hari kemudian harinya. Jam 6 sore.


 


“Yudiiiiiii!”


“Yudiiiiiii!” teriak Joko.


“Baliiiik!”


 


“Aaaaaaargggh!!” Gemes banget. Sekaligus sedih. Padahal sore itu indah sekali. Matahari sedang turun di peraduan. Sayang, kameraku ada didalam daypack yang dibawa Yudi. *yang terlihat mengecil dan mulai hilang dari pandanganku* Dasar tuh anak, udah nggak keliatan lagi sekarang. Bernafsu banget untuk segera naik ke puncak dan nggak mikir kalo udah gelap.


 


Nggak bawa jaket dan senter. dia nggak sadar kalau dia sudah berjalan terlalu jauh mengidari rim crater dan sekarang malah menuju puncak dekat jalur pura agung.


 


Tadi, keril kami sembunyikan di salah satu tempat. Hanya membawa daypack keatas. Mulanya Yudi ingin naik tanpa membawa beban dan sempat memandang aneh kepadaku yang tetep ngotot untuk bawa daypack. Cailaaaa…


 


Hihihi.. biasaaaa… ini kebiasaan lama. Kalo aku dibiarkan membawa tas (entah itu kantong keresek, tas kantor atau tas gede) pasti isinya banyak dan nggak pernah ketinggalan untuk selalu mbawa peralatan lenongku. (jaket, sarung tangan, botol minuman, sedikit makanan, obat dan headlamp).


 


Joko baru saja berjalan menyusulku. Menyuruhku memakai jaket, memakai headlamp dan berjalan pelan-pelan. Hingga nanti ia kembali bergabung setelah menyusul Yudi.


 


Begitu Yudi berhasil disusul. Dan kami bertiga kembali menuruni puncak.


 


Yudi diomelin habis-habisan.


 


Kesempatan untuk memakai kaos KKC dan berfoto di puncak. Pudarlah sudah.



Tapi, akhirnya aku ngecamp juga di tebing itu. yang ada di bawah puncak Gunung Agung.


 


Yang anehnya.. persis banget seperti yang aku impikan waktu itu. Hmmm….


 


Foto lainnya silakan dilihat di weblognya R. Joko Sutias : antara GWK-Bratan-Agung-dan-Tanah Lot (5-11 Sept 06)  


 


 

Read more

padahal sore itu indah sekali....




“Hmmmm.. kalo gitu, besok kita ke Gunung Agung aja” Kata Joko, begitu aku selesai menceritakan mimpiku tadi malam.  


Pagi itu, kami berdua sedang menikmati kopi hangat dan sarapan pagi kami. Lumayaaan, compliment dari penginapan tempat kami ngebase semalam di kawasan Poppies Lane, Kuta. Dari restoran depan hotel, jalan yang sempit itu mulai ramai dengan turis yang mondar mandir membawa papan surfing. 


“Hihihi…” Aku nyengir setengah hati sambil membayangkan toko buku Gunung Agung di daerah Kwitang. “You’re kidding … right?” Tanyaku perlahan. 


Tadi, aku cuma iseng aja ngobrol. Kalo semalam, aku mimpi ngecamp di bawah tebing yang tinggiiiiiiii sekali. Sebenernya mimpinya serem kalo diingat tebing itu mulai runtuh menimpa tendaku. Panik aku berteriak-teriak menyuruh teman-teman setenda untuk lari menyelamatkan diri. (lucunya, masih sempet-sempetnya bawa keril, makluuum.. keril kesayangan ..hehehehe) 


“Iya.. serius Ries!”  


Gabruuuuks!!!! 


“Mungkin tebing di dalam mimpi kamu itu adalah tebing yang ada  di gunung Agung. Karena persis sebelum puncak ada satu tebing yang biasanya memang dipake tempat buat ngecamp”  


Uh! Terus terang aku nggak siap. Memang sih, waktu kesini kami sudah membawa tenda, trangia dan jaket. Tapi itupun hanya pengen ngecamp santai di tepi danau dan ngider dari satu danau ke danau lainnya.  


Once again, itinerary hancur berantakan J 


“Hmmm… daripada mati penasaran.” Pikirku. “Kapan lagi?” tidak ada yang lebih menyenangkan selain mengikuti kata hati. 


Mulailah sore itu kami berbelanja logistik. Yudi *teman Joko yang ada di Gianyar* kami telpon pula untuk menemani kami kesana. Besok jam 12 ketemu di terminal Ubung, Denpasar. 


“Deal!” 


 



Foto lainnya silakan dilihat di weblognya R. Joko Sutias : antara GWK-Bratan-Agung-dan-Tanah Lot (5-11 Sept 06)  


(kemudian pergilah kami bertiga, berjalan perlahan menuju puncak gunung Agung. Jalur biasa, jalur pura Besakih)

Read more
 

hujan, jalak dan daun jambu Design by Insight © 2009